kelebihan tempat wisata danau toba adalah tempat yang masih asri dan indah untuk dinikmati sementara sangat nyamn gunung , air , dan tanaman hijaunya membuat suasana disana sangat sejuk.
kekurangannya krna kalau dilihat dr dekat air danau toba kurang jernih dan tempat wisatanya kurang banayk untuk dinikmati hanya melihat pemandangan saja
Jumat, 30 November 2012
Rabu, 28 November 2012
obyek wisata
obyek wisata adalah tempat untuk melihat sesuatu yang menarik atau baru yang belum pernah kita lihat .. seperti di akhir minggu kita bisa berjalan -jalan di tempat yang kita sukai dan saya kemarin pergi ketempat danau toba disana pemandangan nya indah sekali
Kamis, 22 November 2012
peran pemuda dalam pengembangan pariwisata
peran pemuda dalam pengembangan pariwasata itu sangat penting karena tanpa peran pemuda mungkin tidak akan ada perubahan - perubahan suatu yan baru dibidang wisatawan dan peran pemuda itu sangat penting karena disaat jiwa muda itulah wisata terbesar krena adanya rasa keingin tahuan terhadap suatu tempat , daerah , benda ataupun yang lain nya tentang berwisata dan biasanya setelah berkunjung para pemuda tersebut menyarakan kepada pemuda lain untuk berkunjung ketempat teman yang belum pernah dikunjungi nya agar pengalaman berwisatanya lebih banyak dan menyenangkan lagi dan bisa mempunyai banyak teman lagi diberbagai tempat ataupun negara sekalipun.
peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata
Kepariwisataan dapat dipandang sebagai sesuatu yang
abstrak. Secara khusus kepariwisataan dapat dipergunakan sebagai suatu
alat untuk memperkecil kesenjangan saling pengertian di antara
negara-negara yang sudah berkembang yang biasanya adalah negara-negara
wisatawan atau negara “Pengirim Wisatawan” dengan negara-negara yang
sedang berkembang yakni negara-negara kunjungan wisatawan atau negara
“Penerima Wisatawan”.
Pada dasarnya bagian-bagian dari gejala pariwisata terdiri dari 3 unsur yakni : Manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata), Tempat (unsur fisik sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri), dan Waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan). Inilah unsur-unsur yang menjadi persyaratan terjadinya gejala pariwisata tersebut. Tetapi ada faktor kas lainnya yang dituntut untuk membedakan kegiatan pariwisata dari suatu kegiatan jalan-jalan “cuci mata” atau makan angin pada suatu saat tertentu.
Meskipun tidak terdapat hubungan langsung antara perubahan ekonomi nasional dengan pengembangan pariwisata , setidaknya perubahan ekonomi yang terjadi mengkondisikan perubahan kegiatan usaha pariwisata. Beberapa kendala ekonomi dapat mempengaruhi pengembangan yang diharapkan antara lain :
Pada dasarnya bagian-bagian dari gejala pariwisata terdiri dari 3 unsur yakni : Manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata), Tempat (unsur fisik sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri), dan Waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan). Inilah unsur-unsur yang menjadi persyaratan terjadinya gejala pariwisata tersebut. Tetapi ada faktor kas lainnya yang dituntut untuk membedakan kegiatan pariwisata dari suatu kegiatan jalan-jalan “cuci mata” atau makan angin pada suatu saat tertentu.
Meskipun tidak terdapat hubungan langsung antara perubahan ekonomi nasional dengan pengembangan pariwisata , setidaknya perubahan ekonomi yang terjadi mengkondisikan perubahan kegiatan usaha pariwisata. Beberapa kendala ekonomi dapat mempengaruhi pengembangan yang diharapkan antara lain :
- Ketidakpastian pengendalian inflasi
- Pengangguran yang berkembang terus
- Proteksi yang mempengaruhi perdagangan valuta asing
- Devaluasi mata uang (atau revaluasi)
- Perubahan atas pajak / fiskal keberangkatan
peranan pemerintah adalah
(a) Optimalisasi kontribusi dalam neraca pembayaran
(b) Menyiapkan perkembangan ekonomi regional dan neraca pembayaran regional.
(c) Menyiapkan tenaga kerja
(d) Peningkatan dan pendistribusian pendapatan.
(e) Kontribusi terhadap kesejahteraan sosial
(f) Memaksimalkan peluang pendapatan fiscal
Selasa, 20 November 2012
opini
Opini adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif
karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan
sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan dan
kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat langsung ditentukan
misalnya menurut pembuktian melalui induksi.
Opini bukanlah merupakan sebuah fakta akan tetapi jika dikemudian hari dapat dibuktikan atau diverifikasi maka opini akan berubah menjadi sebuah kenyataan atau fakta.
contoh opini :
Pembinaan G-AKSI dipusatkan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido Kabupaten Bogor, Jawa Barat akan berlangsung selama empat hari.
"Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan generasi muda yang berkarakter agar kedepan dapat memimpin diri mereka dan teman-teman menjadi pelajar yang berprestasi," kata Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammad Ph.D.
Hamid mengatakan, Kementerian Pendidikan menyambut baik diselenggarakannya G-AKSI tersebut sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya tawuran di kalangan pelajar.
Adapun peserta yang ikut dalam kegiatan G-AKSI tersebut adalah perwakilan dari sejumlah sekolah se-Jabodetabek. Mereka terdiri dari ketua dan anggota OSIS dan juga beberapa siswa dari sekolah yang pernah terlibat tawuran seperti SMA 70.
"Disini kita ingin menegaskan bahwa tidak ada stigmanisasi bahwa yang ikut kegiatan ini adalah pelajar yang bermasalah (Tawuran) tapi mereka-mereka yang memiliki jiwa kepemimpinan di sekolah," kata Hamid.
Hamid menambahkan, kegiatan tersebut sangat relevan dan penting dilakukan mengingat tantangan generasi muda kedepan terutama menyiapkan generasi muda yang berkarakter.
"Mempersiapkan generasi muda yang berkarakter merupakan keharusan. Pendidikan karakter ini mampu mendorong Indonesia emas pada 2015," katanya.
Sementara itu, Direktu Bimas Polda Metro Jaya Kombes Yossi Haryoso mengatakan, kegiatan G-AKSI diikuti oleh 674 peserta yang dibagi dalam tiga gelombang.
Gelombang pertama berlangsung mulai 19 November hingga 24 November diikuti sebagai 204 siswa. Untuk gelombang ke II dilaksanakan 27 November-2 Desember dan gelombang ke III 4-9 Desember.
"Materi pendidikan dengan menggunakan sistem outward bond yang juga dibarengi dengan pendidikan spiritual dan mental," katanya.
Kombes Yossi mengatakan, pembina tersebut berasal dari unsur kepolisiaan, Kementerian Pendidikan dan beberapa tenaga ahli lainnya.
(LR)
Opini bukanlah merupakan sebuah fakta akan tetapi jika dikemudian hari dapat dibuktikan atau diverifikasi maka opini akan berubah menjadi sebuah kenyataan atau fakta.
contoh opini :
Cegah tawuran, siswa SMA Jabodetabek dapat pembinaan
Selasa, 20 November 2012 09:27 WIB
Bogor (ANTARA News) - Sebanyak 204 orang pelajar SMA
se-Jabodetabek mengikuti pembinaan Gerakan Apresiasi Karakter Siswa
Indonesia (G-AKSI) oleh Bimas Polda Metro Jaya bekerjasama dengan
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Selasa. Pembinaan G-AKSI dipusatkan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido Kabupaten Bogor, Jawa Barat akan berlangsung selama empat hari.
"Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan generasi muda yang berkarakter agar kedepan dapat memimpin diri mereka dan teman-teman menjadi pelajar yang berprestasi," kata Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammad Ph.D.
Hamid mengatakan, Kementerian Pendidikan menyambut baik diselenggarakannya G-AKSI tersebut sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya tawuran di kalangan pelajar.
Adapun peserta yang ikut dalam kegiatan G-AKSI tersebut adalah perwakilan dari sejumlah sekolah se-Jabodetabek. Mereka terdiri dari ketua dan anggota OSIS dan juga beberapa siswa dari sekolah yang pernah terlibat tawuran seperti SMA 70.
"Disini kita ingin menegaskan bahwa tidak ada stigmanisasi bahwa yang ikut kegiatan ini adalah pelajar yang bermasalah (Tawuran) tapi mereka-mereka yang memiliki jiwa kepemimpinan di sekolah," kata Hamid.
Hamid menambahkan, kegiatan tersebut sangat relevan dan penting dilakukan mengingat tantangan generasi muda kedepan terutama menyiapkan generasi muda yang berkarakter.
"Mempersiapkan generasi muda yang berkarakter merupakan keharusan. Pendidikan karakter ini mampu mendorong Indonesia emas pada 2015," katanya.
Sementara itu, Direktu Bimas Polda Metro Jaya Kombes Yossi Haryoso mengatakan, kegiatan G-AKSI diikuti oleh 674 peserta yang dibagi dalam tiga gelombang.
Gelombang pertama berlangsung mulai 19 November hingga 24 November diikuti sebagai 204 siswa. Untuk gelombang ke II dilaksanakan 27 November-2 Desember dan gelombang ke III 4-9 Desember.
"Materi pendidikan dengan menggunakan sistem outward bond yang juga dibarengi dengan pendidikan spiritual dan mental," katanya.
Kombes Yossi mengatakan, pembina tersebut berasal dari unsur kepolisiaan, Kementerian Pendidikan dan beberapa tenaga ahli lainnya.
(LR)
undang - undang kode etik jurnalistik
Bahwa telah terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam
kehidupan pers nasional selama enam tahun terakhir sejak
diberlakukannya Undang-Undang No.40 tahun 1999 tentang Pers;
Bahwa Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) yang disepakati oleh
26 organisasi wartawan di Bandung pada tanggal 6 Agustus 1999
dinilai perlu dilengkapi sehingga dapat menampung berbagai
persoalan pers yang berkembang saat ini, terutama yang terjadi pada
media pers elektronik.
Bahwa berbagai perusahaan pers dan organisasi wartawan masingmasing
telah mempunyai kode etik;
Bahwa dengan demikian perlu ditetapkan kode etik jurnalistik yang
baru yang berlaku secara nasional, sebagai landasan moral atau etika
profesi dan menjadi pedoman operasional dalam menegakkan
integritas dan profesionalitas wartawan.
Mengingat :
Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers;
Keputusan Presiden Nomor 143/M Tahun 2003 tanggal 13 Agustus
2003, tentang Keanggotaan Dewan Pers periode tahun 2003—2006.
Memperhatikan :
Keputusan Sidang Pleno I Lokakarya V yang dihadiri 29 organisasi
pers, Dewan Pers, dan Komisi Penyiaran Indonesia pada hari Selasa,
14 Maret 2006, di Jakarta;
Sidang Pleno Dewan Pers pada hari Jumat, 24 Maret 2006, di
Jakarta.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
- Kode Etik Jurnalistik sebagaimana terlampir sebagai pengganti dari
- Kode Etik Wartawan Indonesia.
- Kode Etik Wartawan Indonesia sebagaimana terdapat dalam Surat
- Keputusan Dewan Pers No.1/SK-DP/2000 dinyatakan tidak berlaku
lagi.
- Keputusan Dewan Pers ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat,
berimbang, dan tidak beritikad buruk.
Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam
melaksanakan tugas jurnalistik.
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang,
tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas
praduga tak bersalah.
Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban
kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku
kejahatan.
feature
tuntutan hidup
Keringat
yang menetes tak menghalangi terkembangnya sebuah senyum di bibirnya
saat kami bertemu. Raut wajahnya sedikit lelah, namun ia toh tak menggubrisnya. Dari serambi Musala FIB UI, Ibnu Maroghi bercerita tentang idealismenya dalam menuntut ilmu.
Lelaki
berumur 21 tahun ini sekarang tercatat sebagai mahasiswa Program Studi
Indonesia di Universitas Indonesia. Namun, pada transisi tahun
2009-2010, ia tak lebih dari seorang karyawan lulusan STM N Pembangunan
(sekarang SMK Negeri 26) yang bimbang tentang masa depannya. Pada saat
itu, gaji bulanan telah ia dapatkan sebagai seorang drafter di sebuah perusahaan konsultan bangunan di kawasan Pasar Minggu.
Mimpi
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tentu
merupakan sebuah dilema karena kuliah akan membuatnya mengorbankan
pekerjaannya. Hal itu belum termasuk biaya kuliah yang harus ia
tanggung. Mengandalkan orang tua jelas tak mungkin. Profesi ayahnya
sebagai guru mengaji di sebuah musala dekat rumah hanya cukup untuk
membiayai kebutuhan sehari-hari sekaligus sekolah adiknya. Sebagai
sulung, ‘anak STM’ ini diharapkan mampu membantu keluarga secara
finansial, setidaknya dengan cara mencukupi kebutuhan pribadinya
sendiri. Namun, sekali lagi, ia ingin kuliah.
Mengapa ia begitu ingin kuliah? Bukankah orang tuanya menyekolahkan di STM agar cepat bekerja?
“Mengikuti kata hati. Saat itu bukan lagi pertimbangan-pertimbangan ribet
nan memusingkan, tetapi sudah dalam tataran jiwa. Saat itu pun sudah
kerja, tetapi memang ‘keinginan’ ada di kuliah. Jadi, itulah
pilihannya,” jawab pria yang akrab dipanggil Oghi ini.
Awal
Januari 2010 merupakan momen penting baginya. Saat itu, Oghi menetapkan
hati untuk serius menggapai cita-cita mengenyam bangku kuliah. Berbekal
gajinya sebagai seorang perancang ruang bangunan, pria yang berdomisili
di Kandangsampi, Klender, ini nekat masuk bimbingan belajar (bimbel)
untuk memahami pelajaran IPS SMA. Waktu luang sekecil apapun
dimanfaatkannya untuk belajar, baik di kantor maupun di dalam Metromini.
Targetnya jelas: lulus SIMAK UI 2010.
Tiga bulan menyulap diri menjadi anak SMA sambil menjalani pekerjaan sebagai drafter
terlihat seperti sebuah kegilaan tersendiri bagi Oghi. Sempat ia
berpikir bahwa ini merupakan suatu pertaruhan yang tak berguna. Realitas
yang hadir dalam wacana ‘bagaimana bayar biayanya?’ hadir untuk
menghalangi idealisme yang mulai berkembang.
Langganan:
Postingan (Atom)