Kamis, 25 November 2010, 01:21 WIB
Panca/Republika
Anak jalanan
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK--Orang menyebut nya anak punk: rambut jigrak, hidung dan bibir penuh tindik, atau berpakaian ketat yang lusuh. Merokok, minuman keras, bahkan ngedrug sudah menjadi bagian dari keseharian perempuan muda itu.
Sekali waktu, Deby--remaja putri tersebut--tiba-tiba datang ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bina Insan Mandiri (PKBM BIM), lembaga yang memberikan bimbingan pengajaran kepada anak jalanan di sekitar Terminal Depok. Kedatangan Deby bersamaan ketika anak-anak jalanan tengah belajar membaca Alquran.
Kehadirannya membuat anakanak dan pembina di PKBM itu terkejut. Bukan semata karena penampilan yang punk, tapi juga tingkah lakunya yang urakan. Bahasa tubuhnya mengisyaratkan gerakan nakal. Keterkejutan itu mereda setelah Deby mengutarakan niatnya.
"Waktu itu, saya cuma ngerasa capek tinggal di jalan. Lalu, saya dapat info dari teman, katanya PKBM BIM buat anjal (anak jalanan) yang pengen belajar," dua mengisahkan peristiwa ketika pertama datang ke PKBM ini.
Deby telah berbulat tekad untuk berubah. Tekad dan niat baik itu disambut dengan tangan terbuka. Sembari belajar bersama anak-anak jalanan yang lain, ia pun mulai memperbaiki penampilan. Rambutnya tidak lagi jigkrak, tindikan di tubuhnya pun dilepas. Pakaiannya tidak lagi ketat, bahkan agak longgar.
Sekitar dua bulan dibina di PKBM BIM, ia benar-benar ber ubah. Deby telah meninggalkan perilaku buruk meski sesekali diam-diam ia masih merokok di luar lingkungan PKBM BIM. Tapi, rambut jigrak-nya telah ditutupi selembar kain kerudung dan pakaian longgar menutupi seluruh tubuhnya.
"Saya juga tidak tahu kenapa, tiba-tiba ingin memakai kerudung. Kata teman-teman tubuh saya seksi, jadi kerap digodai. Saya jadi risih. Maka itu, dikerudungi," ujarnya blak-blakan. Mustami, salah seorang relawan PKBM BIM, menuturkan, saat kedatangan Deby, anak-anak binaan takut. Bahkan, tidak sedikit yang menjauhi. Mereka tidak mau berteman dengannya.
Dia juga mengakui adanya perubahan pada diri perempuan muda itu. Mustami mengatakan, Deby sekarang berbeda dengan yang dulu. Meski tetap memperlihatkan sikap manja dan merokok diam-diam, Deby telah memiliki perilakunya lebih baik.
Saat ditanya mengenai Deby yang menggunakan kerudung dan pakaian longgar, ia mengatakan tidak pernah memerintahkannya. Itu kemauannya sendiri untuk menutupi tubuhnya. "Hikmah dari Allah SWT memang tidak pilih-pilih orang, bisa didapatkan siapa saja," tuturnya.
Di PKBM BIM, menurut Mustami, anak-anak binaan memang diajarkan agama. "Kami mengajarkan agama tidak dengan perintah, tetapi dengan contoh. Mereka tidak bisa diajarkan dengan perintah," dia berujar. Pelajaran Bagaimana pola pengajaran yang dilakukan di PKBM ini?
Mustami mengungkapkan, setiap pagi pukul 08.00 WIB, anak-anak diberikan pelajaran membaca dan menulis ayat-ayat Alquran.
PKBM BIM juga mengadakan khitan dan nikah massal. Pasalnya, cukup banyak anak jalanan yang sudah balig, tapi belum dikhitan. Tingkat seks bebas di kalangan anak-anak jalanan juga cukup tinggi. Karena itu, jika ada yang hamil, pengurus PKBM menikahkannya. Tentu saja setelah memperoleh izin dari orang tua.
Saat ini, terdapat 30 keluarga yang masih tinggal di asrama PKBM BIM. Puluhan keluarga baru ini tetap diberikan bim bingan agar memiliki tanggung jawab dan tidak rapuh. Jika mem butuhkan modal untuk usaha, PKBM akan memberikannya tanpa jaminan.
Mustami menyatakan, lembaga ini tidak pernah meminta da na kepada lembaga lain. "Jika ada yang memberikan, kami sa ngat berterima kasih." Jujur saja, katanya, terkadang pemasukan PKBM tidak sesuai dengan pengeluaran yang dibutuhkan. "Bangunan tempat belajar pun banyak yang bocor," tuturnya.
Meski dengan berbagai kekurangan, jangan menanyakan prestasi yang sudah didapatkan anak-anak jalanan binaan PKBM ini. Berbagai piagam dan penghargaan terpampang di ruang kantor PKBM BIM yang berukuran sekitar 2 x 4 meter persegi itu. Terakhir, seorang anak jalanan binaan PKBM BIM, Adam, memenangkan kejuaraan terbuka panjat tebing untuk anak-anak kurang dari usia delapan tahun pada September 2010.
"Saya suka manjat kereta untuk naik ke atap. Hanya main-main, lalu turun di Stasiun UI atau Pasar Minggu untuk mengemis," ucapnya lugu. Adam tidak menyangka, kebiasaannya memanjat kereta berbuah manis pada kejuaraan tersebut. Mustami menilai, banyak potensi terpendam pada anak-anak jalanan. Karena itu, PKBM berupaya membina dan mengembangkan potensi tersebut.
Sejumlah usaha mandiri, seperti percetakan dan bengkel, telah dibangun. Bahkan, beberapa anak binaan kini menjadi mahasiswa perguruan tinggi negeri, seperti Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Potensi itulah agaknya yang selama ini belum banyak diperhatikan pemerintah. Hingga delapan tahun berdirinya PKBM BIM, lirikan pemerintah boleh dikata tak ada. "Jika diajak kerja sama, kami akan sangat terbuka. Tapi, pemerintah kerap meman dang sebelah mata terhadap PKBM ini," ujarnya.
Padahal, anak-anak jalanan yang dibina mulai berani berdiri tegak, menatap masa depan yang lebih baik dengan optimisme. Berkat bimbingan dan pengajaran, mereka umumnya telah berubah. Deby, perempuan muda yang semula berpenampilan punk, kini telah menutup rambut jigrak-nya dengan kerudung.
Sekali waktu, Deby--remaja putri tersebut--tiba-tiba datang ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bina Insan Mandiri (PKBM BIM), lembaga yang memberikan bimbingan pengajaran kepada anak jalanan di sekitar Terminal Depok. Kedatangan Deby bersamaan ketika anak-anak jalanan tengah belajar membaca Alquran.
Kehadirannya membuat anakanak dan pembina di PKBM itu terkejut. Bukan semata karena penampilan yang punk, tapi juga tingkah lakunya yang urakan. Bahasa tubuhnya mengisyaratkan gerakan nakal. Keterkejutan itu mereda setelah Deby mengutarakan niatnya.
"Waktu itu, saya cuma ngerasa capek tinggal di jalan. Lalu, saya dapat info dari teman, katanya PKBM BIM buat anjal (anak jalanan) yang pengen belajar," dua mengisahkan peristiwa ketika pertama datang ke PKBM ini.
Deby telah berbulat tekad untuk berubah. Tekad dan niat baik itu disambut dengan tangan terbuka. Sembari belajar bersama anak-anak jalanan yang lain, ia pun mulai memperbaiki penampilan. Rambutnya tidak lagi jigkrak, tindikan di tubuhnya pun dilepas. Pakaiannya tidak lagi ketat, bahkan agak longgar.
Sekitar dua bulan dibina di PKBM BIM, ia benar-benar ber ubah. Deby telah meninggalkan perilaku buruk meski sesekali diam-diam ia masih merokok di luar lingkungan PKBM BIM. Tapi, rambut jigrak-nya telah ditutupi selembar kain kerudung dan pakaian longgar menutupi seluruh tubuhnya.
"Saya juga tidak tahu kenapa, tiba-tiba ingin memakai kerudung. Kata teman-teman tubuh saya seksi, jadi kerap digodai. Saya jadi risih. Maka itu, dikerudungi," ujarnya blak-blakan. Mustami, salah seorang relawan PKBM BIM, menuturkan, saat kedatangan Deby, anak-anak binaan takut. Bahkan, tidak sedikit yang menjauhi. Mereka tidak mau berteman dengannya.
Dia juga mengakui adanya perubahan pada diri perempuan muda itu. Mustami mengatakan, Deby sekarang berbeda dengan yang dulu. Meski tetap memperlihatkan sikap manja dan merokok diam-diam, Deby telah memiliki perilakunya lebih baik.
Saat ditanya mengenai Deby yang menggunakan kerudung dan pakaian longgar, ia mengatakan tidak pernah memerintahkannya. Itu kemauannya sendiri untuk menutupi tubuhnya. "Hikmah dari Allah SWT memang tidak pilih-pilih orang, bisa didapatkan siapa saja," tuturnya.
Di PKBM BIM, menurut Mustami, anak-anak binaan memang diajarkan agama. "Kami mengajarkan agama tidak dengan perintah, tetapi dengan contoh. Mereka tidak bisa diajarkan dengan perintah," dia berujar. Pelajaran Bagaimana pola pengajaran yang dilakukan di PKBM ini?
Mustami mengungkapkan, setiap pagi pukul 08.00 WIB, anak-anak diberikan pelajaran membaca dan menulis ayat-ayat Alquran.
PKBM BIM juga mengadakan khitan dan nikah massal. Pasalnya, cukup banyak anak jalanan yang sudah balig, tapi belum dikhitan. Tingkat seks bebas di kalangan anak-anak jalanan juga cukup tinggi. Karena itu, jika ada yang hamil, pengurus PKBM menikahkannya. Tentu saja setelah memperoleh izin dari orang tua.
Saat ini, terdapat 30 keluarga yang masih tinggal di asrama PKBM BIM. Puluhan keluarga baru ini tetap diberikan bim bingan agar memiliki tanggung jawab dan tidak rapuh. Jika mem butuhkan modal untuk usaha, PKBM akan memberikannya tanpa jaminan.
Mustami menyatakan, lembaga ini tidak pernah meminta da na kepada lembaga lain. "Jika ada yang memberikan, kami sa ngat berterima kasih." Jujur saja, katanya, terkadang pemasukan PKBM tidak sesuai dengan pengeluaran yang dibutuhkan. "Bangunan tempat belajar pun banyak yang bocor," tuturnya.
Meski dengan berbagai kekurangan, jangan menanyakan prestasi yang sudah didapatkan anak-anak jalanan binaan PKBM ini. Berbagai piagam dan penghargaan terpampang di ruang kantor PKBM BIM yang berukuran sekitar 2 x 4 meter persegi itu. Terakhir, seorang anak jalanan binaan PKBM BIM, Adam, memenangkan kejuaraan terbuka panjat tebing untuk anak-anak kurang dari usia delapan tahun pada September 2010.
"Saya suka manjat kereta untuk naik ke atap. Hanya main-main, lalu turun di Stasiun UI atau Pasar Minggu untuk mengemis," ucapnya lugu. Adam tidak menyangka, kebiasaannya memanjat kereta berbuah manis pada kejuaraan tersebut. Mustami menilai, banyak potensi terpendam pada anak-anak jalanan. Karena itu, PKBM berupaya membina dan mengembangkan potensi tersebut.
Sejumlah usaha mandiri, seperti percetakan dan bengkel, telah dibangun. Bahkan, beberapa anak binaan kini menjadi mahasiswa perguruan tinggi negeri, seperti Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Potensi itulah agaknya yang selama ini belum banyak diperhatikan pemerintah. Hingga delapan tahun berdirinya PKBM BIM, lirikan pemerintah boleh dikata tak ada. "Jika diajak kerja sama, kami akan sangat terbuka. Tapi, pemerintah kerap meman dang sebelah mata terhadap PKBM ini," ujarnya.
Padahal, anak-anak jalanan yang dibina mulai berani berdiri tegak, menatap masa depan yang lebih baik dengan optimisme. Berkat bimbingan dan pengajaran, mereka umumnya telah berubah. Deby, perempuan muda yang semula berpenampilan punk, kini telah menutup rambut jigrak-nya dengan kerudung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar